Quote:
Quote:Quote:INTRO
Industri penerbangan nasional akan kembali unjuk gigi dan bangkit melalui pesawat N-219 yang merupakan produksi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Pesawat berkapasitas 19 orang ini dijadwarkan akan keluar hanggar perdana (roll out) pada akhir tahun ini dan akan melakukan uji terbang pada Mei 2016 nanti. Uji terbang ini agar N-219 mendapat sertifikat layak terbang oleh Kementerian Perhubungan. Adapun agar N-219 bisa diproduksi masal dan digunakan mengangkut penumpang, pesawat harus mendapatkan sertifikat Basis CASR 23.
Quote:Rencananya, pesawat N-219 akan menjadi solusi bagi masalah transportasi di wilayah tertentu (romote area). ’’Contohnya di pulau-pulau kecil yang terpisah lautan,’’ ujar Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Muhammad Natsir saat melihat replika pesawat yang dipajang di booth pemeran Research, Innovation, and Technology (Ritech) Expo, Jumat (7/8).
Proses pembuatan pesawat N-219 sendiri telah dimulai sejak 2011. Pesawat ini masuk dalam kategori pesawat ringan. Walaupun demikian pesawat ini memiliki badan bongsor.
Pesawat N-219 merupakan pengembangan dari NC-212. Beberapa maskapai yang dalam status pemesanan pesawat ini antara lain Merpati Nusantara Airlines sebanyak 20 unit dan Lion Air sebanyak 100 unit.
Rencanannya, Lapan dan PT DI sedang membuat dua pesawat lainnya. Yakni, pesawat N-245 yang ditargetkan rampung pada 2017 dan pesawat N-270 pada 2022.
Berikut Spesifikasi Teknis Kinerja Pesawat N-219
- Kecepatan jelajah maksimum: 395 km / jam (213 KTS)
- Kecepatan jelajah ekonomis: 352 km / jam (190 KTS)
- Rata rata feri Maksimum: 1580 Nm
- Jarak lepas landas (halangan 35 kaki): 465 m, ISA, SL
- Jarak mendarat (halangan 50 kaki): 510 m, ISA, SL
- Kecepatan jatuh (stall): 73 KTS
- Berat lepas landas maksimum (MTOW): 7270 kg (16,000 lbs)
- Muatan Maksimum: 2500 kg (5511 lb)
- Tingkat panjat 2300 kaki / menit (semua mesin operasi)
- Jarak: 600 Nm
BACA: Mengenal
Quote:
Spoiler for BERITA-BERITA TENTANG N-219:
Quote:Quote:JPNN NEWS
Quote:Industri dirgantara nasional ada tanda-tanda bangkit lagi. Melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan PT Dirgantara Indonesia (DI), sedang disiapkan pesawat N-219 yang ditargetkan keluar hanggar perdana (roll-out) akhir tahun ini.
Setelah itu, pesawat berjenis ringan tapi berbadan bongsor tersebut siap uji terbang pada Mei 2016.
Replika pesawat berkapasitas 19 orang itu menarik perhatian pengunjung pameran Research, Innovation, and Technology (Ritech) Expo di Senayan kemarin. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Muhammad Nasir menyempatkan melihat replika pesawat yang dipajang di booth pemeran milik Lapan itu.
Nasir menjelaskan, N-219 dibikin khusus untuk mengatasi masalah transportasi di wilayah tertentu (remote area). ’’Contohnya di pulau-pulau kecil yang terpisah lautan,’’ katanya. Nasir menjanjikan, pemerintah mendorong dan mengawal proyek itu supaya sesuai target. Yakni, mulai melakukan uji kelayakan terbang tahun depan.
Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa Lapan Rika Andiarti menambahkan, proyek pembuatan N-219 tersebut dimulai pada 2011. Saat ini sekitar 80 persen komponen sudah komplet. ”Meskipun, wujudnya masih terpisah-pisah alias belum utuh menjadi unit pesawat,” terangnya.
Rika mengungkapkan, anggaran untuk riset, pembuatan, hingga pengadaan komponen pesawat N-219 mencapai Rp 450 miliar. Anggaran itu juga dipakai untuk keperluan uji kelayakan terbang. ’’Uji kelayakan terbang tersebut berkali-kali untuk mengejar target durasi jam terbang,’’ kata dia.
Uji terbang itu dilakukan sampai mendapatkan sertifikat layak terbang oleh Kementerian Perhubungan. Untuk bisa diproduksi masal dan digunakan mengangkut penumpang, pesawat harus mendapatkan sertifikat Basis CASR 23.
Rika mengatakan, berdasar ketentuan sertifikasi itu, pesawat N-219 masuk kategori pesawat ringan. ’’Meski ringan, pesawat ini berbadan bongsor,’’ katanya.
Selain mengerjakan pesawat N-219, Lapan dan PT DI sedang membuat dua pesawat lainnya. Yakni, pesawat N-245 yang ditargetkan rampung pada 2017 dan pesawat N-270 pada 2022
BACA: KARYA...
Quote:Saat ini PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sedang memproduksi pesawat mini jenis N-219. Pesawat yang khusus untuk transportasi antarkota dengan jarak tempuh 200 kilometer tersebut akan diproduksi masal tahun depan.
"Saat ini progressnya dalam tahap penelitian. Harapan saya di Agustus ini pas Hari Teknologi Nasional, produk itu sudah menjadi roll out. Roll out ini, produk tersebut sudah menjadi pesawat. Tinggal uji coba terbang. Setelah uji coba terbang, di akhir 2015, harapan saya sudah menjadi mendapatkan sertifikat. Kalau sudah mendapatkan sertifikat, berarti tahun 2016, sudah bisa diproduksi," paparnya kepada Merdeka.com saat diwawancarai eksklusif di kantornya, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek), Jakarta, (09/04).
Dengan bangga dirinya mengakui jika pesawat buatan Indonesia ini, sudah melakukan studi pasar. Hasilnya, 200 unit pesawat akan diproduksi sesuai dengan pesanan. "Peminatnya ada dari, Sriwijaya Air, Trigana Air, Susi Air. Ini kan pesawat perintis jumlah penumpang 19 orang. Keunggulannya tidak butuh landasan panjang cukup 550 meter," ujarnya.
Lebih jauh, dirinya menjelaskan bahwa pesawat yang sedang dibuat ini, memiliki kualitas yang tak jauh beda dengan pesawat luar negeri. Pasalnya, komponen-komponennya 60 persen dari luar negeri, sisanya 40 persen dari dalam negeri. "Ke depan komponen dalam negerinya akan kita tingkatkan jadi 60 persen," sesumbar pria kelahiran Ngawi, Jawa Timur.
Di sisi lain, dirinya mengakui ada kendala dalam pengerjaan proyek ini yakni anggaran. Tapi, menurutnya akan diusahakan meminta bantuan kepada Bapenas untuk menutup kekurangan anggaran. "Memang ada kendala anggaran, kekurangan Rp 67 miliar nanti saya minta tolong ke Bapenas untuk uji sertifikasi," katanya.
BACA: N-219 DAPAT PESANAN...
Quote:Rancangan pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia telah lulus uji aerodinamika. Pesawat kecil tersebut diharapkan mampu menjawab masalah transportasi Indonesia yang berbentuk kepulauan.
Untuk pengujian aerodinamika PT Dirgantara Indonesia menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pengujian sudah dimulai sejak tahun 2008 ketika pengujian terowongan angin di Laboratorium Aero Gas dan Getaran BPPT di Serpong. Selasa (28/12), BPPT menyerahkan hasil uji kepada PT Dirgantara Indonesia.
Hasil uji menunjukkan kalau N219 sudah mampu untuk lepas landas dan mendarat pada landasan yang pendek. Selain itu, N219 juga dianggap telah memiliki stabilitas.
PT Dirgantara Indonesia mendesain N219 agar sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. "Pesawat dibuat nyaman dan bisa melakukan manuver dengan baik," kata Andi Alisyahbana, Direktur Aero Structure PT Dirgantara Indonesia. Andi juga menambahkan kalau N219 dibuat agar bisa membawa bahan bakar yang banyak. "Hal ini karena tidak semua lapangan udara memiliki fasilitas pengisian bahan bakar," jelas Andi.
Pesawat N219 sudah mulai dirancang sejak tahun 2006. Pesawat tipe komuter dengan kapasitas 19 orang ini diharapkan bisa menjadi solusi transportasi bagi Indonesia yang berbentuk kepulauan. "Kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan. Tidak seluruh pulau terhubung baik dengan transportasi darat maupun laut. Harus dicarikan solusi transportasi. Salah satunya adalah dengan transportasi udara," kata Budi Santoso, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia pada saat serah terima hasil pengujian.
Rencananya, pesawat ini akan mulai diproduksi tahun 2013. Menurut penelitian PT Dirgantara Indonesia, pesawat berpenumpang 19 dibutuhkan sebanyak 202 buah. "97 untuk sipil, dan 105 untuk misi khusus," papar Kepala BPPT Marzan A. Iskandar. Tetapi awalnya, PT Dirgantara Indonesia akan memproduksi sebanyak 25 buah dulu. "Kami upayakan terjual semuanya," tegas Andi.
BACA: N-219 LULUS UJI..
Quote:Industri dirgantara nasional ada tanda-tanda bangkit lagi. Melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan PT Dirgantara Indonesia (DI), sedang disiapkan pesawat N-219 yang ditargetkan keluar hanggar perdana (roll-out) akhir tahun ini.
Setelah itu, pesawat berjenis ringan tapi berbadan bongsor tersebut siap uji terbang pada Mei 2016.
Replika pesawat berkapasitas 19 orang itu menarik perhatian pengunjung pameran Research, Innovation, and Technology (Ritech) Expo di Senayan kemarin. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Muhammad Nasir menyempatkan melihat replika pesawat yang dipajang di booth pemeran milik Lapan itu.
Nasir menjelaskan, N-219 dibikin khusus untuk mengatasi masalah transportasi di wilayah tertentu (remote area). ’’Contohnya di pulau-pulau kecil yang terpisah lautan,’’ katanya. Nasir menjanjikan, pemerintah mendorong dan mengawal proyek itu supaya sesuai target. Yakni, mulai melakukan uji kelayakan terbang tahun depan.
Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa Lapan Rika Andiarti menambahkan, proyek pembuatan N-219 tersebut dimulai pada 2011. Saat ini sekitar 80 persen komponen sudah komplet. ”Meskipun, wujudnya masih terpisah-pisah alias belum utuh menjadi unit pesawat,” terangnya.
Rika mengungkapkan, anggaran untuk riset, pembuatan, hingga pengadaan komponen pesawat N-219 mencapai Rp 450 miliar. Anggaran itu juga dipakai untuk keperluan uji kelayakan terbang. ’’Uji kelayakan terbang tersebut berkali-kali untuk mengejar target durasi jam terbang,’’ kata dia.
Uji terbang itu dilakukan sampai mendapatkan sertifikat layak terbang oleh Kementerian Perhubungan. Untuk bisa diproduksi masal dan digunakan mengangkut penumpang, pesawat harus mendapatkan sertifikat Basis CASR 23.
Rika mengatakan, berdasar ketentuan sertifikasi itu, pesawat N-219 masuk kategori pesawat ringan. ’’Meski ringan, pesawat ini berbadan bongsor,’’ katanya.
Selain mengerjakan pesawat N-219, Lapan dan PT DI sedang membuat dua pesawat lainnya. Yakni, pesawat N-245 yang ditargetkan rampung pada 2017 dan pesawat N-270 pada 2022
BACA: KARYA...
Quote:Saat ini PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sedang memproduksi pesawat mini jenis N-219. Pesawat yang khusus untuk transportasi antarkota dengan jarak tempuh 200 kilometer tersebut akan diproduksi masal tahun depan.
"Saat ini progressnya dalam tahap penelitian. Harapan saya di Agustus ini pas Hari Teknologi Nasional, produk itu sudah menjadi roll out. Roll out ini, produk tersebut sudah menjadi pesawat. Tinggal uji coba terbang. Setelah uji coba terbang, di akhir 2015, harapan saya sudah menjadi mendapatkan sertifikat. Kalau sudah mendapatkan sertifikat, berarti tahun 2016, sudah bisa diproduksi," paparnya kepada Merdeka.com saat diwawancarai eksklusif di kantornya, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek), Jakarta, (09/04).
Dengan bangga dirinya mengakui jika pesawat buatan Indonesia ini, sudah melakukan studi pasar. Hasilnya, 200 unit pesawat akan diproduksi sesuai dengan pesanan. "Peminatnya ada dari, Sriwijaya Air, Trigana Air, Susi Air. Ini kan pesawat perintis jumlah penumpang 19 orang. Keunggulannya tidak butuh landasan panjang cukup 550 meter," ujarnya.
Lebih jauh, dirinya menjelaskan bahwa pesawat yang sedang dibuat ini, memiliki kualitas yang tak jauh beda dengan pesawat luar negeri. Pasalnya, komponen-komponennya 60 persen dari luar negeri, sisanya 40 persen dari dalam negeri. "Ke depan komponen dalam negerinya akan kita tingkatkan jadi 60 persen," sesumbar pria kelahiran Ngawi, Jawa Timur.
Di sisi lain, dirinya mengakui ada kendala dalam pengerjaan proyek ini yakni anggaran. Tapi, menurutnya akan diusahakan meminta bantuan kepada Bapenas untuk menutup kekurangan anggaran. "Memang ada kendala anggaran, kekurangan Rp 67 miliar nanti saya minta tolong ke Bapenas untuk uji sertifikasi," katanya.
BACA: N-219 DAPAT PESANAN...
Quote:Rancangan pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia telah lulus uji aerodinamika. Pesawat kecil tersebut diharapkan mampu menjawab masalah transportasi Indonesia yang berbentuk kepulauan.
Untuk pengujian aerodinamika PT Dirgantara Indonesia menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pengujian sudah dimulai sejak tahun 2008 ketika pengujian terowongan angin di Laboratorium Aero Gas dan Getaran BPPT di Serpong. Selasa (28/12), BPPT menyerahkan hasil uji kepada PT Dirgantara Indonesia.
Hasil uji menunjukkan kalau N219 sudah mampu untuk lepas landas dan mendarat pada landasan yang pendek. Selain itu, N219 juga dianggap telah memiliki stabilitas.
PT Dirgantara Indonesia mendesain N219 agar sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. "Pesawat dibuat nyaman dan bisa melakukan manuver dengan baik," kata Andi Alisyahbana, Direktur Aero Structure PT Dirgantara Indonesia. Andi juga menambahkan kalau N219 dibuat agar bisa membawa bahan bakar yang banyak. "Hal ini karena tidak semua lapangan udara memiliki fasilitas pengisian bahan bakar," jelas Andi.
Pesawat N219 sudah mulai dirancang sejak tahun 2006. Pesawat tipe komuter dengan kapasitas 19 orang ini diharapkan bisa menjadi solusi transportasi bagi Indonesia yang berbentuk kepulauan. "Kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan. Tidak seluruh pulau terhubung baik dengan transportasi darat maupun laut. Harus dicarikan solusi transportasi. Salah satunya adalah dengan transportasi udara," kata Budi Santoso, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia pada saat serah terima hasil pengujian.
Rencananya, pesawat ini akan mulai diproduksi tahun 2013. Menurut penelitian PT Dirgantara Indonesia, pesawat berpenumpang 19 dibutuhkan sebanyak 202 buah. "97 untuk sipil, dan 105 untuk misi khusus," papar Kepala BPPT Marzan A. Iskandar. Tetapi awalnya, PT Dirgantara Indonesia akan memproduksi sebanyak 25 buah dulu. "Kami upayakan terjual semuanya," tegas Andi.
BACA: N-219 LULUS UJI..
Quote:Quote:PERANCANGAN N-219
Quote:
SUMUR-SUMUR:
https://id.wikipedia.org/wiki/N-219
http://viva.co.id/
http://detik.com/
http://rumahpengetahuan.web.id/
https://republika.co.id
https://indocropcircles.wordpress.com/